Hulubalang Kalah Perang

hulubalang kalah Perang Meradang
Hulubalang kalah Perang Meradang

Pada suatu hari, di sebuah negeri yang gulungan ombaknya terpancar pesona, berkumpulah para Hulubalang patah hati, membentuk sebuah barisan dengan nama Forum Peduli Negeri.

Para hulubalang ini terdiri dari Mantan Calon Wakil Raja yang mencret sebelum berperang. Karena tak punya nilai jual, tak ada satupun perahu yang sudi mengantar sang calon untuk menyebarang ke medan pertempuran.

Ada pula Hulubalang spesialis telik sandi hitam yang pemalas dan suka menebar kebencian. Sebuah kabar angin berbisik pelan, selir si Hulubalang yang satu ini terkena sapu program bersih-bersih birokrasi hitam.

Sedangkan Hulubalang yang lainnya sebagian besar para Hulubalang naif yang ditinggal pergi pasukannya karena kalah berperang. Para Hulubalang ini mengais Lokak dengan cara menggertak.

Di belakang para Hulubalang ini, ada seorang nenek sihir cari panggung, penuh nafsu membancakan mantra-matra demi pencapaian tujuan, tak perduli rakyat kehilangan ketenangan.

Pada suatu pertemuan antara Dewan Rakyat dan para Hulubalang patah hati, mereka bersekutu dengan mulut penuh busa ingin menjatuhkan sang raja baru. Mereka membabi buta mencabik kebijakan baru sang raja, pertemuan ini terbilang aneh, sebab yang mengaku Dewan Rakyat, tak lebih dari para Hulubalang patah hati yang juga kalah berperang.

Sudah dapat ditebak, hasil pertemuan itu hanya maklumat-maklumat kosong, menggiring opini sesat. Bagai sekumpulan Singa Durjana, mereka mengaum sekuat tenaga namun tak satupun orang yang merasa ngeri dibuatnya. Auman Singa-singa Durjana ini hanya bergemuruh dalam dada mereka masing-masing.

Bagai cinta bertepuk sebelah tangan, rakyat menutup mata atas akrobat yang mereka buat. Ocehan para Hulubalang ini tidak laku. Sehitam kenangan, para Hulubalang ini memendam beragam kemelut di dada.

Dengan setumpuk alasan absurt, para Hulubalang meminta sang Raja tak mengganti kabinet lama, karena pada kabinet lama itulah para Hulubalang ini mencari makan dan sesekali merampok.

Para Hulubalang patah hati ini menginginkan abdi raja lama di dalam kabinet sang Raja baru, logika macam apa yang tengah dibangun oleh segerombolan ksatria mabuk ini? sudah jelas sekali rakyat tak menyukai sepak terjang raja lama berikut kroninya yang terkenal suka korupsi dan tukang rampok uang rakyat.

Tak tanggung-tanggung demi nafsu birahi kekuasaan yang dipelihara, para Hulubalang yang tengah naik pitam melabeli pengangkatan para ksatria menyalahi undang-undang kerajaan negeri tepi samudera.

Terbesit sebuah tanya, bila benar opini cap kecap yang dihembuskan oleh pasukan gagal move on ini benar adanya, kenapa pula tidak melapor pada prajurit negara agar diproses sesuai aturan yang ada.

Pada era sebelumnya, dimana pengangkatan ksatria dan abdi raja, konon penuh kolusi dan nepotisme, kenapa mereka diam saja? pendek kata, pada era sebelumnya hanya ada satu syarat bila ingin menjabat, yakni harus bergelar S.A.G (Satria Agak Gila), bukankah ini melanggar etika dan norma kerajaan? tapi kenapa para Hulubalang ini bungkam?

Di tengah segala hasutan dan taktik dari para Hulubalang kalah perang ini, seorang pertapa turun tangan, memohon petunjuk dari para dewa di kayangan. didapatlah sebuah petunjuk, ternyata kakek sang pemimpin kaum Hulubalang, terkena penyakit, “Pasrah tapi tak rela, rela namun tak pasrah”

Di tengah usianya yang kian renta, hasratnya terhadap kekuasaan masih teramat tinggi, namun apa daya tak ada satupun perahu yang sudi mengantarkannya ke kursi raja, bahkan perahu paling butut sekalipun menolak menyeberangkan dia walau sebatas wakil raja.

Kian hari, segerombolan Hulubalang ini kian sibuk menyalakan api, dan sang Raja baru membiarkan para Hulubalang patah hati menikmati panasnya sendiri.

Sambil memikul janji dan terus berjuang sepenuh hati, sang Raja baru mengeluarkan titah sederhana, penuh cinta mengajak rakyatnya lupakan cerita lama, “negeri ini hanya akan sejahtera dengan kerja keras dan ikhlas, bukan dengan gerakan-gerakan politik kebencian.” Pungkas sang Raja yang dicintai rakyatnya. Ikuti kisah selanjutnya, Isteri Kedua Turun Tahta, Hulubalang Ngamuk Tak Tentu Arah. Oleh : Sapranisme

Rekomendasi
Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You cannot copy content of this page